THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 22 November 2009

Seni Budaya Betawi di Jakarta Fair 2009

Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) berpartisipasi optimal pada kegiatan Pekan Raya Jakarta (Jakarta Fair) 2009. Tahun ini sengaja LKB lebih utuh dan solid. Paling tidak ada tiga mata kegiatan yang digelar. Pertama menampilkan stand Rumah Betawi yang berlokasi di sebelah Hall D. Di stand ini LKB menampilkan berbagai hasil aktivitas masyarakat Betawi, seperti menjual ragam kuliner Betawi, khususnya kue-kue kering. Ada juga minuman segar, bir Pletok. Kedua, berpartisipasi aktif pada Karnaval Jakarta Fair yang digelar hari Senin dan Rabu selama Jakarta Fair berlangsung. Karnaval ini baru perdana diadakan oleh Panitia Jakarta Fair, melibatkan hampir semua peserta Jakarta Fair. Sementara itu LKB menampilkan kesenian Ondel-Ondel dan Penganten Sunat pada karnaval itu. Ketiga, LKB juga berpartisipasi pada pentas kesenian di panggung hiburan Pasar Gambir, dengan menampilkan aneka ragam kesenian Betawi, seperti Topeng Betawi, Lenong, aneka tari Betawi, Lipet Gandes, dan sebagainya.

Tujuan didirikannya LKB tak lain adalah mewujudkan seni budaya Betawi yang menjunjung tinggi persaudaraan, kepedulian, kegotongroyongan, kekompakan, dan kemandirian dalam upaya meneguhkan kota Jakarta sebagai kota budaya bertaraf internasional. Tujuan itu terpatri dalam program utama mengembangkan dan mengapresiasi seni budaya Betawi agar diterima dan dicintai oleh masyarakat ibukota dan masyarakat Nusantara pada umumnya; mensejahterakan seniman dan budayawan Betawi; mempertegas jatidiri kota Jakarta dengan budaya Betawi dalam interaksi antar etnis yang multikultur; dan turut serta menciptakan masyarakat Jakarta yang harmonis dan multikultur.

Ruang lingkup kerja LKB memang tak hanya terbatas pada wilayah administratif Provinsi DKI Jakarta saja, namun mencakup keseluruhan wilayah budaya Betawi. Wilayah budaya Betawi kini berada pada wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta, kota dan kabupaten Tangerang, kota dan kabupaten Bekasi, kota Depok, dan beberapa kecamatan di kabupaten Bogor seperti Cibinong. Yang masih terasa kental pada ekspresi kebudayaan di tempat-tempat ini adalah bahasa dan perilaku. Jadi, kini Orang Betawi bertempat tinggal menyebar di tiga propinsi yaitu Provinsi DKI Jakarta, Banten (kota dan kabupaten Tangerang), dan Jawa Barat (kota dan kabupaten Bekasi, kota dan kabupaten Karawang, kota Depok, dan kabupaten Bogor). Orang Betawi berdasarkan statistik BPS tahun 2002 merupakan penduduk kedua terbesar (27%) setelah Jawa (32%).

Ketua Umum LKB, H. Tatang Hidayat, SH, mengungkapkan saat ini LKB fokus pada program Pelestarian, Pembinaan, Pengembangan, Pemberdayaan, dan Pensejahteraan seniman dan budayawan Betawi. "Saya sebut program LKB saat ini dengan 5P, yaitu Pelestarian, Pembinaan, Pengembangan, Pemberdayaan, dan Pensejahteraan seniman dan budayawan Betawi," ungkapnya.

Menurut H. Tatang Hidayat, kondisi seni budaya Betawi saat ini persis pada dua jalan yang bertolak belakang. Satu cabang, banyak seni budaya Betawi yang tak dapat diselamatkan dan telah masuk liang kubur, sementara satu jalan lainnya memang mampu berjaya dan mengharumkan citra Kota Jakarta. Sebagai ibukota negara, menurut H. Tatang, sudah sepantasnya Jakarta menjadi barometer bagi perkembangan kota di Indonesia. Di bidang politik, Jakarta menjadi pusat pemerintahan yang mampu memperlihatkan kinerja birokrasi yang modern. Segala sesuatunya dilakukan dengan akuntabilitas yang memadai. Begitu seharusnya pula di bidang kebudayaan. Banyak kota di Indonesia yang bisa berperan sebagai pusat-pusat kebudayaan, seperti Yogyakarta, Denpasar, Banda Aceh, Bukittinggi, dan sebagainya. "Akan tetapi, Jakarta sebagai pintu gerbang Indonesia harus memiliki perangkat kebudayaan yang memadai pula. Karena, peradaban sebuah bangsa diukur dengan perkembangan kebudayaannya," tutur H. Tatang.

Sejak Jakarta Fair atau Pekan Raya Jakarta dicanangkan oleh H. Ali Sadikin pada tahun 1968, praktis keterlibatan LKB pada event besar HUT Kota Jakarta itu relatif tak terlihat. "Seharusnya LKB terlibat pada kegiatan Jakarta Fair dan mewarnainya dengan kekayaan seni budaya lokal, namun senantiasa LKB belum dilihat sebagai lembaga yang dapat memperkuat pijakan kekokohan kota Jakarta," aku H. Tatang. Itu sebabnya, menurut H. Tatang, mulai tahun ini dan tahun-tahun berikutnya, LKB akan berjuang mewarnai Jakarta Fair dengan nuansa lokal. "Dengan demikian, seniman dan budayawan Betawi dapat diberdayakan yang pada gilirannya dapat mensejahterakan hidup keseharian mereka," tambahnya.

Seperti diketahui, keterlibatan LKB pada Jakarta Fair tahun 2009 ini antara lain dengan menghadirkan sebagain besar dari unsur budaya Betawi secara utuh. Keutuhan itu dapat ditemukan pada Rumah Betawi yang di dalamnya diupayakan menampilkan wajah seni budaya Betawi, lalu kegiatan karnaval Jakarta Fair dan pentas seni budaya Betawi di panggung Pasar Gambir.

LKB berupaya optimal mewarnai Kota Jakarta dengan seni budaya Betawi dan itu bukan tidak ada dasar hukumnya. Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta telah sangat jelas memposisikan seni budaya Betawi sebagai kekayaan yang harus dilindungi dan dikembangkan dengan format yang benar dan sinambung. "Jika ada pihak yang masih memandang rendah keberadaan seni budaya Betawi, itu kontraproduktif," ujar H. Tatang.

Dalam kondisi global yang secara dinamis terus berubah, LKB bertekad melakukan peningkatan performa guna memenuhi amanat dan tuntutan para sesepuh masyarakatnya. Dukungan internal maupun eksternal sangat diperlukan, agar lembaga ini bisa melakukan perubahan. Melakukan perubahan memang tidak bisa seperti membalik telapak tangan. LKB harus melakukan transformasi secara bertahap tetapi juga cepat dan tepat. LKB bertekad menjadi agen perubahan bagi kekokohan dan keberjayaan seni budaya Betawi di Nusantara Mari mampir di stan Rumah Betawi LKB di Jakarta Fair. (Yahya Andi Saputra)

0 komentar: